Apa harga diri atau self
esteem itu? Coopersmith (Gilmore, 1974) mengemukakan bahwa: “….self
esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is
expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini
menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap
kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya.
Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri
sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan
tidak diverbalisasikan. Merujuk pada kedua pendapat tersebut, maka harga
diri dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap kehormatan diri,
melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Selanjutnya, Buss (1973) mengemukakan dua macam
penilaian diri (self judgement) yaitu : (1) temporary dan (2)
enduring. Penilaian diri temporary menunjuk pada perilaku
khusus dan situasi tertentu. Contoh: “Hari ini saya bermain sepak bola jelek
sekali”. Hal ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Sedangkan penilaian diri
enduring lebih berpusat dan berkaitan dengan self yang mencakup
hasil dari berbagai pengalaman hidup yang mendasar, seperti: afeksi dari orang
lain dan prestasi yang dicapai.
Pada bagian lain Buss (1973) mengemukakan model harga
diri yang terdiri dari core dan peripheral. Core
lebih bersifat permanent dan terbentuk oleh adanya kasih sayang orang
tua yang tulus dan faktor konstitusional. Sedangkan peripheral bersifat stable
dan terbentuk oleh prestasi yang dicapai dan afeksi dari orang lain, yang
merupakan kelanjutan dari afeksi dari orang tua, bisa berasal dari
teman atau cinta kasih dari lawan jenis. Terkait dengan pembentukan harga diri
ini, Maslow (Jordan et.al., 1979) mengemukakan bahwa: ”The feeling self
esteem can be realistic if it is soundly based upon real capacity personal
ablities, achievement, and efficiency.
Untuk lebih jelasnya tentang model harga
diri dari Buss ini, dapat dilihat dalam gambar berikut:
Harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap perilaku yang ditampilkannya. Mc Dougall (1926) mengemukakan harga
diri merupakan pengatur utama perilaku individu atau merupakan
pemimpin bagi semua dorongan. Kepadanya bergantung kekuatan pribadi, tindakan
dan integritas diri.
Rosenberg (Gilmore, 1974) mengemukakan
karakteristik individu yang memiliki harga diri mantap yaitu
memiliki kehormatan dan menghargai diri sendiri seperti adanya. Sebaliknya,
individu yang memiliki harga diri rendah cenderung memiliki sikap penolakan
diri, kurang puas terhadap diri sendiri, dan merasa rendah diri.
Harga diri merupakan salah satu
kebutuhan penting manusia. Maslow dalam teori hierarki kebutuhannya menempatkan
kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level puncak, sebelum
kebutuhan aktualisasi diri. Dikemukakannya, …most normal people have a need
for self respect or self esteem and the esteem of others (Jordan et.al.,
1979).
Balnadi Sutadipura (1983) menyebutkan bahwa
kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan seseorang untuk merasakan bahwa
dirinya seorang yang patut dihargai dan dihormati sebagai manusia yang baik.
Hal senada dikemukakan Abdul Aziz Ahayadi (1985) bahwa kebutuhan harga
diri sebagai kebutuhan seseorang untuk dihargai, diperhatikan dan merasa
sukses. Dari kedua pendapat di atas dapat dimaknai, bahwa setiap individu
normal pasti berharap dan menginginkan dapat merasakan hidup sukses, dihormati
dan dihargai sebagai manusia.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri
individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif
jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami
kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa
inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat
terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam
menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence)
dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 1979)
Refleksi :
Berdasarkan uraian di atas ada refleksi buat saya
dan Anda, bahwa:
Betapa pentingnya setiap orang untuk dapat
membangun dan memenuhi kebutuhan harga dirinya secara realistik, melalui
pengembangan segenap potensi yang dimilikinya hingga menjadi sebuah prestasi.
Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar
untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian
kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga
diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan
guru sebagai fasiltator.
0 komentar:
Posting Komentar